Pagebluk sebagai cambuk



Istilah pagebluk berasal dari bahasa jawa yang dipakai untuk menyebut wabah penyakit yang dapat menyebabkan malapetaka. Pagebluk yang saat ini akrab di telinga kita, sudah mencapai pandemi. Hal ini karena penyakitnya mendunia dan banyak korban sampai meninggal dunia karenanya.

Bumi sedang kembali menemukan keseimbangannya. Pagebluk ini menjadi cambuk untuk semua pihak. Tak mengenal usia, golongan, jenis kelamin, semua bisa terinfeksi. 

Apakah pagebluk ini interupsi atau disrupsi bagi tatanan kehidupan manusia? Interupsi bila sifatnya sementara. Disrupsi bila sifatnya menetap.

Pagebluk menjadi cambuk setiap individu untuk melihat ke dalam diri masing-masing. Mencari makna hidup yang selama ini dijalani. Contohnya tentang makna belajar. Belajar tidak berarti di sekolah. Belajar bisa dilakukan dimana saja, karena makna belajar sesungguhnya adalah mendapatkan ilmu. 

Pagebluk menjadi cambuk keluarga. Menghabiskan banyak waktu bersama di rumah, menjadi tantangan tersendiri untuk memperbaiki kualitas hubungan yang dibina selama ini. Kualitas komunikasi antara suami dengan istri dan juga orang tua dengan anak. Dua puluh empat jam bersama dalam satu atap perlu pengelolaan cerdas agar hubungan tetap kondusif.

Pagebluk menjadi cambuk organisasi. Proses kerja berubah. Tuntutan pelanggan berubah. Bisnis terpaksa berubah agar tetap relevan di masa ini. Setiap organisasi perlu memikirkan makna usaha yang selama ini dibangun.

Bagaimana membuat cambuk dari pagebluk ini menjadi positif?

Semua dapat dilakukan dengan tiga “D”

1. Disiplin diri

Tak dapat dipungkiri, pagebluk ini membuat kita lebih waspada dan lebih memerhatikan kebersihan serta kesehatan. Disiplin untuk menjalankan protokol kesehatan menjadi hal utama yang dapat dilakukan dalam kondisi saat ini. Disiplin, membiasakan diri untuk selalu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

2. Dorong potensi diri

Kondisi ini membuat kita terpaksa berpikir yang tidak biasa. Berpikir tidak hanya untuk bertahan di situasi ini tetapi untuk menyongsong masa setelah ini berakhir. Dalam keterpaksaan kita bergerak, bukan?

3. Doa terus menerus

Satu hal yang memperkuat ikhtiar kita adalah doa yang terus menerus. Pertolongan dariNya menjadi kekuatan untuk kita bisa melalui ini.


Tiga “D” yang praktis kan? Selamat mencoba! 


#Writober2020 #RBMIPJakarta #pagebluk

Comments

Post a Comment

Hi,
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat ya tulisannya ^^

Popular posts from this blog

Janji Surya

Bagian 1. Abu Muda

Bagian 4. Kuning