Posts

Showing posts from October, 2020

Membeli Rumah Impian

Image
Impian memiliki rumah adalah impian sebagian besar pasangan suami istri. Mengapa saya katakan sebagian besar, karena faktanya ada beberapa pasangan suami istri yang tidak menjadikan rumah sebagai tujuan keuangannya. Hal ini dikarenakan mereka sudah memiliki rumah sebagai pemberian dari orang tua, sehingga tujuan finansialnya diarahkan kepada pendidikan anak, liburan keluarga dan juga persiapan pensiun. Proses membeli rumah juga bukan proses yang mudah. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga kemantapan hati. Berikut adalah lima tips yang ingin saya sampaikan sesuai pengalaman membeli properti, khususnya rumah impian. 1. Pahami makna rumah Berdasarkan QS An-nahl (16:80) Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah sebagai tempat ketenangan. Maka sejatinya, rumah bermakna tempat untuk mendapatkan ketenangan. Bagi saya, rumah adalah sumber ketenangan pikiran, ketenangan hati dan ketenangan bertindak. Oleh karena itu, penting untuk mengembalikan ke diri sendiri tentang makna rumah bagi pa

Hidup di Apartemen

Image
Sudah sewindu kami tinggal di apartemen yang berlokasi di pusat kota Jakarta. Kami sengaja memilih unit di lantai dua puluh enam. Gemerlap lampu kota dari balik jendela kamar menjadi pemandangan favorit kami dari ketinggian tersebut. Setiap malam pergantian tahun masehi, kami dapat menikmati kembang api yang berdansa di langit sambil bersantai di kamar. Indah, bukan? Waktu yang kami tempuh ke lokasi kerja sekitar lima belas menit. Saya ke arah Jakarta Utara dan suami ke arah Jakarta Selatan. Waktu yang singkat itu membuat kami bisa tetap waras dan merasa tetap optimal mengasuh anak. Ketika bulan ramadhan, kami dapat berbuka puasa bersama. Masjid yang berada di basement gedung apartemen, membuat kami nyaman untuk itikaf disana sambil menjinjing bantal, selimut dan sesekali naik ke lantai tempat kami tinggal untuk mengambil mainan anak ataupun menambah perbekalan. Nikmat, bukan? Pagi-pagi sebelum beraktivitas, kami masih sempat joging di taman apartemen. Tak jarang ketika akhir pekan, ka

Wastra mencintai hidup atau menghidupi cinta?

Image
Dira merebahkan tubuhnya ke sofa bed. Ia kelelahan setelah rapat maraton online, zoom fatigue, begitu kata kebanyakan orang. Meski lelah secara fisik, tapi hatinya puas. Idenya diterima. Dua belas tahun berkecimpung sebagai analis marketing di industri fashion membuatnya memahami perilaku konsumen. Eits itu tidak seberapa, karena kecintaannya pada wastra nusantara sudah sejak kecil.  Ia senang mengenakan batik. Ragam batik ada di lemari pakaiannya. Di kamarnya, ada sederet foto dirinya dengan desainer batik, termasuk dengan pembatik senior asal Jawa Barat, Nyonya Kenah yang kini berusia 69 tahun. *** I’m ready, ungkapnya menyemangati diri sendiri. Ini adalah babak terakhir dari rangkaian presentasi ide branding batik di masa pandemi. Batik dan keberlangsungan hidup adalah warna utama dari ide yang ia tawarkan. Manajemen utama mulai hadir memasuki ruang meeting zoom. Saat membuka rapat, Pak Dhen, begitulah karyawan menyapa pimpinan tertinggi perusahaan, menyampaikan bahwa ia mengundang

Aruna

Image
Amboi! Semua bersorai mendukung kontestannya masing-masing. Ada tujuh wanita anggun yang terpilih sebagai finalis kontes kecantikan tahun ini. Pikiranku tertuju pada seorang kontestan yang punya gaya berbeda dengan yang lain.  Kontestan itu berasal dari kota besar, kota metropolitan. Pendidikannya tinggi, lulusan program master dari salah satu universitas di negeri Paman Sam. Mengetahui profilnya dari biodata yang kubaca, membuatku punya bayangan tertentu dengan sosok ini. Selama karantina, aku banyak terkejut dengan caranya bertutur kata dan berpenampilan. Pada kelasku mengenai sinematografi, ia memiliki wawasan luas tentang etnografi, ilmu sosial bidang antropologi yang banyak kujadikan landasan dalam menyutradarai film. Bahasa yang ia gunakan dalam berpendapat sangat santun. Ia juga masih fasih berbahasa indonesia tanpa terlihat kesulitan mengucapkannya karena terbiasa berbahasa inggria dua tahun terakhir. Aku juga sering bertemu dengannya di ruang ibadah. Malam ini, semua kontestan

Pelangi di Santorini

Image
Akhirnya aku menginjakkan kaki di sini. Hidup di sebuah desa indah dengan jajaran rumah unik berbaris rapi. Warna warni terang menerangi hatiku. Bunga di setiap sudut jalan menarik diriku untuk mengabadikannya. Pelangi di langit Santorini melengkapi keindahan tempat ini. Aku berdua disini, bersama teman kuliah kesayangan. Teman berbagi suka dan duka. Kami punya banyak kesamaan. Kami juga punya banyak perbedaan. Kami sama sama suka memadukan flat shoes berbahan suede dengan kaus kaki motif. Kami sama sama senang mengenakan rok bermotif monokrom. Kalau bicara selera tas, kami jauh berbeda. Bicara selera kerudung pun kami berbeda. Orang lalu lalang di sekitar kami kebanyakan adalah pasangan yang ingin berbulan madu. Ya, karena ini tempat yang romantis bagi sepasang kekasih. Buat kami, ini adalah proyek penelitian terindah. Terbang jauh ke Yunani, observasi budaya yang ada di sini. Kami sewa rumah kecil di sudut jalan berbatu. Luasnya 33 meter persegi. Rumah mungil dengan dekorasi cantik.

Menjadi Kuat

Seorang bapak sedang menghabiskan waktu berdua dengan putranya. Dalam perjalanan, hujan turun. Anaknya tidak nyaman dengan suara hujan yang jatuh diatas mobil ayahnya. Ia lantas pasang head set untuk mendengarkan musik. Suara dari head set yang ia pakai terdengar sayup sayup oleh ayahnya. Dapat dibayangkan volume yang ia atur untuk mendengarkan musik tersebut. Sang Ayah melambatkan mobilnya. Hujan semakin deras. Langit semakin gelap. Anaknya memejamkan mata.  “Jangan tidur, Nak”  “Ayah butuh kamu untuk melewati ini bersama-sama” *** Beberapa kendaraan berhenti dan parkir, menunggu hujan reda. Begitu juga dengan mereka.  Hujan tidak mereda, justru bertambah deras hingga badai.  Ayah berkata “kita tunggu lima belas menit ya”. Setelah lima belas menit, badai masih terjadi. Anaknya melihat sang ayah. Sang Ayah memeriksa mobil dan memerhatikan seluruh indikator mobilnya. “Sudah saatnya kita harus melewati badainya, Nak” *** Mobil seolah terbang dihantam dari kiri dan kanan. Tangan sang ayah

Cangkir kopi untuk Nabile

Image
Matanya bengkak setelah semalaman menangisi dirinya. Nabile tak sangka ia gagal masuk perguruan tinggi. Ia merasa gelap akan masa depannya. Maksud hati ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia mampu, tetapi gagal semua.  Nabile sudah membayangkan dirinya sibuk mengikuti perkuliahan arsitektur dan malamnya mulai menekuni bisnis kulinernya. Sekarang apa? Apa kata ibu dan bapak kalau aku hanya sibuk dengan bisnis kuliner? Hanya lulusan SMA? Kacau! *** Ayam telah lama berkokok, matahari tak lagi mengintip, tapi Nabile tetap berada dalam kegelapan kamarnya. Ia tak berani keluar kamar. Ia tak siap dengan pertanyaan ibu dan bapak. *** Pintu kamar terbuka. Sinar mentari hangat masuk ke kamarnya. Ibunda Nabile masuk ke kamar membawakan secangkir kopi. “Nabile, sudah satu jam Ibu tunggu kamu sarapan. Tumben sekali. Sampai kopinya dingin lho. Masih mau diminum atau ...” tanya ibu menggoda. “Yasudah ibu taruh kulkas ya. Ibu tambahkan gula aren kesukaanmu, jadi deh ice coffee favorit ya kan.

Bohlam Bintang

Image
Bruk! Dina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia merasa damai setiap kali menatap ke langit-langit kamarnya. Di sana ada lampu gantung tujuh bohlam yang disusun berbentuk seperti bintang.  Lampu itu ia susun bersama Arya, anak laki-laki usia 9 tahun. “Mama, lihat lampunya, keren kan?“ pamer Arya tersenyum lebar. Cahaya yang berpendar dari lampu itu tidak menyilaukan matanya, melainkan menghangatkan tubuhnya. Sudah larut, Din. Yuk tidur. Ujar suaminya. *** Kukuruyuukk... Dina memulai rutinitas paginya dengan minum satu gelas air putih. Ia langkahkan kakinya ke dapur. Ia menyiapkan sarapan dan bekal. Tas jinjing gambar kelelawar sudah terisi penuh dengan makanan dan minuman untuk dibawa ke sekolah. Dina bersiap untuk berangkat kerja bersama suaminya. Ia sempatkan ke kamar depan. Pelan-pelan ia buka pintunya. Nihil, tidak ada siapapun di dalam sana. Suaminya lantas mengusap bahunya. “Aku bawa ya bekalnya, Arya pasti senang melihat ayahnya membawa jinjingan tas kelelawarnya”. Dina mengangg

Adaptasi mulai di sini

Bukanlah spesies yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu bertahan, tapi mereka yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan. - Charles Darwin - Pernyataan yang dikeluarkan ratusan tahun lalu masih relevan hingga saat ini. Saya pribadi menangkap dua hal utama dari pernyataan tersebut yaitu adaptasi dan perubahan. Satu hal yang pasti dalam hidup ini adalah perubahan itu sendiri. Setiap hari kita berhadapan dengan perubahan. Mari simulasikan.  Pakaian yang digunakan hari ini berbeda dengan kemarin. Menu masakan yang disantap berbeda dengan kemarin. Berita yang didengar hari ini berbeda dengan kemarin Perbedaan itu adalah perubahan sederhana yang kita hadapi setiap hari. Saya ulangi, setiap hari. Secara natural, kita pun menginginkan perubahan ini. Bosan jika makanan yang dimakan itu itu saja. Benar, begitu? Perubahan menjadi menakutkan ketika terjadi diluar bayangan kita sebagai individu. Perubahan menu masakan kita harapkan agar membuat semangat dan meningkatkan nafsu makan. P

Pagebluk sebagai cambuk

Image
Istilah pagebluk berasal dari bahasa jawa yang dipakai untuk menyebut wabah penyakit yang dapat menyebabkan malapetaka. Pagebluk yang saat ini akrab di telinga kita, sudah mencapai pandemi. Hal ini karena penyakitnya mendunia dan banyak korban sampai meninggal dunia karenanya. Bumi sedang kembali menemukan keseimbangannya. Pagebluk ini menjadi cambuk untuk semua pihak. Tak mengenal usia, golongan, jenis kelamin, semua bisa terinfeksi.  Apakah pagebluk ini interupsi atau disrupsi bagi tatanan kehidupan manusia? Interupsi bila sifatnya sementara. Disrupsi bila sifatnya menetap. Pagebluk menjadi cambuk setiap individu untuk melihat ke dalam diri masing-masing. Mencari makna hidup yang selama ini dijalani. Contohnya tentang makna belajar. Belajar tidak berarti di sekolah. Belajar bisa dilakukan dimana saja, karena makna belajar sesungguhnya adalah mendapatkan ilmu.  Pagebluk menjadi cambuk keluarga. Menghabiskan banyak waktu bersama di rumah, menjadi tantangan tersendiri untuk memperbaiki