Janji Surya



Sudah tiga kali Arya bolak-balik di depan pintu itu, keraguan terpancar di wajahnya.

Apakah aku harus melakukan hal ini kepada Surya, sahabatku sendiri? gumam Arya dalam hati, ia khawatir dosa tetapi juga terlanjur sakit hati. Perlahan ia membuka pintu dan menghampiri Surya yang sedang terbaring lemah dengan alat infus yang masih terpasang di punggung tangannya.


Langkah senyap Arya ternyata disadari Surya yang membuka mata dan berkata lirih tanpa rasa bersalah dan tak terkejut sedikitpun, “Arya, kamu di sini?”.



Arya tersenyum, “Lu dah sadar?”



“Hmm … iya … ini sudah larut malam, bayanganmu di pelupuk mataku ternyata nyata adanya. Apa yang sedang kamu lakukan di sini selarut ini, Arya?”



Arya pun bingung mau menjawab apa karena ia berpikir Surya tidak akan terbangun dengan kedatangannya yang tiba-tiba itu.



Namun keheningan di ruang Magnolia 1 itu tidak lama, derit engsel pintu terdengar perlahan. Sosok yang selama ini Arya takuti tidak terduga ada di depan pintu, ia ragu apakah akan menolong atau mencelakakannya.



Sang dokter datang untuk mengecek kondisi terbaru Surya dan mengatakan bahwa Surya dalam keadaan stabil hingga mereka tinggal menunggu hasil selanjutnya, uuhh… sedikit lega rasanya.



Meski demikian, dengan berat hati Arya harus mengatakan pada Surya dengan suara tercekat, “Bro, ….” Surya menatap Arya, sementara sang dokter keluar dari ruangan itu, sehingga yang tersisa hanya mereka berdua.



“Bro..” ulang Arya, “Gue tau ini gak pantes, tapi gue gak tau harus gimana lagi …” sambung Arya.



“Bisa ga lu balikin duit yang lu pinjem taun lalu? Gue butuh banget,” kata Arya memelas.


#ceritaberantai


#RBMJakarta

Comments

Popular posts from this blog

Bagian 1. Abu Muda

Bagian 7. Biru Tua