Cermin untuk maju


Pertemuan pertama begitu menggetarkan hati.

Saya mengenal Ibu profesional pada tahun 2018. Niat hati untuk belajar, saya justru tidak hanya dapat ilmu saja, tetapi juga teman baru, wawasan baru dan jiwa baru. Dua hal yang paling terasa di diri saya sejak mengenal komunitas ini adalah saya menjadi individu yang lebih peka dengan lingkungan serta individu yang lebih menghargai hidup dengan memberi. 

Dari Ibu Profesional, saya kenal Rumah Belajar Menulis (RBM). Saat bergabung sebagai anggota RBM pada tahun pertama, saat itu sedang ada proyek antologi. Saya belum paham apa yang dimaksud antologi hehehe pokoknya ikut berpartisipasi saja. Pada saat itu, tulisan saya terpilih sebagai salah satu tulisan yang akan dibukukan dalam buku berjudul 1001 wajah Ibu - memoar pengasuhan Ibu.  Pengalaman itu sangat berkesan, selain karena pertama kali punya buku antologi, buku itu adalah penggalan catatan berharga dalam pengasuhan saya sebagai seorang Ibu bekerja di ranah publik. 

Suatu ketika di acara pertemuan Ibu Profesional, saya melihat seorang wanita memegang dummy buku antologi tersebut, dialah kapten RBM saat itu yaitu Dwiagris Tiffania. Saya pun mengabadikan momen itu dengan foto bersama Bu kapten sambil memegang dummy bukunya. Ingat buku antologi, saya selalu ingat sosok itu, Mbak Agris, saya biasa menyapanya.

Di tahun berikutnya, saya ditawarkan Mbak Agris untuk aktif mengambil bagian sebagai pengurus. Dengan niat berpartisipasi, saya memberanikan diri ambil bagian sebagai pena kecil sejak tahun 2019 hingga saat ini. Yang penting, berpartisipasi dan ambil peran dulu.

Percakapan singkat saya dengan seorang yang sudah lebih lama berkecimpung di komponen Ibu Profesional mengingatkan saya lagi betapa komunitas ini memang luar biasa. Komunitas ini diprakarsai oleh seorang Ibu hebat, Ibu Septi Peni Wulandani. Komunitas ini dihidupakan oleh Ibu-ibu hebat yang pemikirannya maju dan jauh ke depan. Saya berbincang dengan Mbak Wahyu, yang akrab disapa mom Kay. Mbak Wahyu adalah teman satu angkatan di matrikulasi, satu panitia saat wisuda kelas matrikulasi dan juga sama-sama di RBM. Saya juga diingatkan  kembali mengenai konsep give and take dalam komunitas.

Di tahap orientasi komunitas ini, saya diajak memikirkan kembali tentang apa kontribusi yang mau diberikan untuk komunitas. Saya mengibaratkan diri saya seperti cermin yang dapat digunakan untuk merefleksikan diri untuk lebih baik lagi setiap harinya. 

Kembali ke peran saya di RBM sebagai pena kecil, saya membayangkan pena kecil sebagai learning center yang bertanggung jawab membekali member dan diri saya sendiri dalam meningkatkan keterampilan menulisnya dan menjadikan itu sebagai wadah untuk meningkatkan peran dimanapun berada. Sebagaimana cermin, maka pena kecil akan memberikan gambaran tentang keterampilan menulis setiap anggota. Ingin sekali pena kecil bisa memfasilitasi untuk memberikan raport tentang keterampilan menulis setiap anggotanya.

Semoga dimudahkan segala sesuatunya. Tulisan ini dibuat sebagai aliran rasa Orientasi Komunitas Ibu Profesional Jakarta. 


#aliranrasa2
#BabakMain2Orientasi
#KampungMainKomunitas
#KomunitasIbuProfesional


Comments

  1. Eh, ada nama saya disebut...:-)
    Tetap semangat teman 1 angkatan masuk IP ku :-D.
    Mari bersama-sama berperan aktif di komunitas..

    ReplyDelete

Post a Comment

Hi,
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat ya tulisannya ^^

Popular posts from this blog

Janji Surya

Bagian 1. Abu Muda

Bagian 4. Kuning